EXPLORASI SUKU DA'A SALENA GAWALISE
MAPALA SANTIGI
MAPALA SANTIGI
SOSIAL, BUDAYA, EKONOMI, PENDIDIKAN, KESEHATAN, KEORGANISASIAN
DAN SUMBER DAYA ALAM DI DUSUN SALENA
SEJARAH
SINGKAT DESA SALENA
Sebelum salena, nama
Desa Salena adalah Kulalo, pada Tahun 1990 jumlah penduduk yang menetap di Desa
Salena yaitu hanya lima kepala keluarga. Lima kepala keluarga tersebut adalah
penduduk pertama yang tinggal di desa tersebut, sebelum di tempat yang
sekarang, Desa Salena terletak di Gunung Bolonggima.
3 SOSIAL
Adapun
kehidupan sosial di Desa Salena yaitu :
- Salah satu kearifan lokal yang ada di Desa Salena yaitu membuat rumah panggung , merupakan suatu kebiasaan di Desa Salena ini, adapun kegunaan dari rumah panggung yaitu untuk tempat memelihari ternak seperti ayam di bawah kolong rumah panggung tersebut, selain itu rumah panggung juga berfungsi untuk membuang ludah pada saat melakukan nempongo.
- Dalam hal pembangunan, masyarakat di desa ini bergotong royong melakukannya, karena kekerabatan di desa ini masih sangat erat.
BUDAYA
(ADAT ISTIADAT)
Masyarakat di Desa Salena masih sangat menjunjung
tinggi adat istiadat. Adapun adat istiadat yang masih sangat berlaku adalah :
- Adat Balia yaitu upacara adat yang dilakukan untuk menyembuhkan orang sakit.
- Adat Keso yaitu upacara adat untuk anak perempuan , apabila ada anak gadis yang sudah berumur dewasa dan belum di keso, maka anak gadis tersebut belum bias menikah, begitu juga sebaliknya apabila ada anak gadis yang sudah di keso tetapi umurnya masih sangat muda, maka sudah layak untuk menikah. Adapun arti dari “keso” adalah “dipingit” atau tidak boleh keluar rumah selama tiga hari.
- Adat Potamba yaitu upacara adat yang dilakukan untuk meminta hujan.
- Adat Papitu yaitu upacara adat yang dilakukan untuk mendoakan bayi yang ada dalam kandungan yang berumur tujuh bulan.
- Adat Boti yaitu upacara adat untuk pernikahan.
- Adat Mompaliu yaitu upacara adat yang dilakukan setelah masa akhir panen, mompaliu artinya sudah diperbolehkan, maksudnya adalah sebelum masa akhir panen berarti masyarakat tidak diperbolehkan untuk memakan makanan yang dilarang oleh kepercayaan mereka yang disampaikan oleh ketua adat atau orang tua yang mereka percayai untuk memimpin tradisi adat istiadat, apabila ada masyarakat yang melanggar adat tersebut maka orang tersebut akan sakit, maka dari itu setelah masa akhir panen tiba dan setelah diadakan adat mompaliu baru diperbolehkan masyarakat memakan makanan-makanan yang dilarang tersebut.
- Adat Vunja yaitu upacara adat yang dilakukan untuk meminta supaya mendapatkan hasil panen yang melimpah.
- Adat Pompadu Kayu yaitu upacara adat yang dilakukan setelah membuka lahan pertanian yang baru.
Hukum adat di desa ini masih sangat berlaku, jika
ada masyarakat yang melanggar maka akan dikenai denda. Apabila ada yang
melanggar semua pantangan-pantangan yang diyakini, maka akan mendapat sakit.
Berikut ini adalah beberapa aturan adat yang berlaku di Desa Salena:
·
Apabila ada laki-laki dan perempuan yang belum menikah
dipergoki sedang berduaan di tempat yang tidak wajar dan di atas pukul 00.00, maka akan dikenai denda.
·
Masyarakat di Desa
Salena masih sangat menjaga adat istiadat dan
kelestarian pada alam karena mereka sangat meyakini roh-roh suci leluhur
mereka ada, dan tinggal di hutan atau pegunungan yang dekat dengan desa
tersebut.
Selain hal-hal tersebut di atas, ada beberapa
kebiasaan yang sering dilakukan, yaitu budaya “nompongo”, nompongo yang artinya
“makan pinang” kebiasaan ini kebanyakan dilakukan hamper semua
perempuan-perempuan, baik ibu-ibu ataupun gadis-gadis di desa ini, adapun
kegunaan dari nompongo yaitu untuk memperkuat gigi, membuat mulut tidak berbau
dan sebagai pengganti rokok. Apabila ada pembuatan upacara-upacara adat mereka
diwajibkan untuk nompongo. Selain nompongo, ada satu kebiasaan yang masih
sangat diterapkan yaitu kebiasaan tidak memakai sandal atau alas kaki,
kebiasaan ini diyakini agar kurang mendatangkan penyakit, karena kaki mereka
selalu terefleksi.
3 EKONOMI
Terkait dengan perekonomian di Desa Salena, mata
pencaharian yang lebih dominan yaitu
petani, ojek, dan buruh bangunan. Sistem pertanian di desa ini yaitu sistem
lading berpindah-pindah dan diolah selama 1 tahun, kemudian berpindah di tempat
lain, dan begitu seterusnya. Adapun tanaman yang menjadi hasil pertanian yaitu
jagung, singkong atau ubi, cabai, kemiri dll. Adapun hasil panen tersebut
didistribusikan di pasar, akan tetapi kebanyakan ada pembeli yang dating
langsung membeli di desa ini. Dan juga sistem barter di desa ini masih ada
tetapi sudah jarang, hal ini disebabkan oleh karena masuknya kehidupan modern,
dan kebanyakan masyarakat di desa ini sudah memilki motor sehingga akses untuk
menjual hasil panen di pasar sangat mudah.
3 PENDIDIKAN
Pendidikan di Desa Salena bagi kebanyakan masyarakat
dianggap tidak terlalu penting, karena menurut mereka sudah pandai menghitung,
membaca dan menulis pun sudah cukup. Untuk laki-laki, jenjang pendidikan
tertinggi yaitu lulusan SMP, dan untuk perempuan jenjang pendidikan tertinggi
yaitu lulusan SD. Kebanyakan para orang tua di desa ini lebih memilih anak-anak
mereka yang sudah tamat Sekolah Dasar bersekolah di MTS. ALKHAIRAAT BULURI
daripada bersekolah di SMP Negeri yang lain, hal ini disebabkan karena di
sekolah ini mereka diberi kebijakan oleh pihak sekolah, kebijakan yang
diberikan yaitu khusus siswa-siswi yang Desa Salena yang bersekolah di sekolah
tersebut karena mengingat tempat tinggal mereka sangat jauh dari sekolah maka
hari jumat dan sabtu mereka diliburkan. Adapun fasilitas pendidikan di desa ini
yaitu SDN INPRES KECIL SALENA.
3 KESEHATAN
Apabila ada masyarakat Desa Salena yang menderita
penyakit, cara pengobatannya yaitu awalnya dengan cara tradisional, akan tetapi
dengan cara tersebut belum sembuh juga maka mereka membawanya ke POSKESDES di
desa tersebut, apabila tidak bisa sembuh juga maka alternatif terakhir yaitu
pengobatan secara adat, yang dimaksudkan adalah membuat adat Balia. Semua warga
Desa Salena jika ingin berobat ke POSKESDES mereka difasilitasi JAMKESMAS oleh
pemerintah setempat. Dengan adanya JAMKESMAS tersebut maka semua biaya
pengobatan gratis. Di desa ini juga mempunyai program POSYANDU untuk para
ibu-ibu yang memiliki bayi. Adapun POSYANDU tersebut diadakan 1 kali dalam
sebulan di minggu ke empat setiap hari selasa.
3 KEORGANISASIAN
Ada beberapa organisasi-organisasi di desa ini,
yaitu Organisasi Pemuda Salena, Bankamdes dan organisasi adat. Di ruang lingkup
kepemerintahan secara struktural, Kelurahan adalah lembaga tertinggi di desa
ini akan tetapi karena masyarakat di desa ini masih sangat menjunjung tinggi
adat istiadat maka menurut mereka lembaga tertinggi yaitu dewan adat, jika ada
suatu masalah yang terjadi di desa ini awalnya di selesaikan di ruang lingkup
RT, apabila ketua RT tidak dapat menyelesaikannya maka yang turun tangan adalah
ketua RW, apabila ketua RW tidak bisa menyelesaikannya juga, maka yang turun
tangan yaitu Ketua Adat, dan apabila Ketua Adat tidak bias juga
menyelesaikannya barulah dilaporkan di kelurahan. Akan tetapi menurut informasi
yang ada, sampai sekarang belum ada masalah yang terjadi di desa ini yang tidak
bisa diselesaikan oleh Ketua Adat.
Selain itu, di desa ini ada beberapa Lembaga
Pemberdayaan Masyarakat yang pernah masuk di desa ini, diantaranya yaitu LSM
Wahana Visi Indonesia dan Yayasan Pendidikan Rakyat. LSM yang masuk di desa ini
menurut mereka sangat membantu, contohnya seperti pengaspalan di desa ini yaitu
merupakan program kerja dari LSM Yayasan Pendidikan Rakyat, akan tetapi LSM-LSM
tersebut sudah jarang membuat program kerja di desa mereka karena mempunyai
kendala di pendanaan.
Jika kita datang bertamu di desa ini ada beberapa
prosedur yang harus kita lalui, yaitu pertama-tama kita harus melapor dahulu di
kelurahan kemudian melapor kepada Ketua Adat, BANKAMDES, RW kemudian RT.
Apabila kita tidak mengikuti prosedur tersebut
maka kita akan diberi peringatan.
3 SUMBER
DAYA ALAM
Adapun Sumber Daya Alam yang mendominasi di desa ini
yaitu singkong, jagung, kemiri, cengkeh, padi ladang dan lain-lain. Pengelolaan
yaitu untuk dijual agar menghasilkan uang, selain itu mereka juga
menggunakannya sebagai makanan pokok selain beras seperti singkong dan jagng misalnya. Mereka juga mengelola Sumber
Daya Alam lainnya seperti kayu bakar untuk digunakan memasak, karena mayoritas
masyarakat Salena masih menggunakan cara tradisional untuk memasak. Pengelolaan
SDA di Salena masih sangat tradisional ,contohnya dalam hal bertani mereka
menggunakan alat canggih seperti traktor untuk membajak lahan pertanian, mereka
mengerjakannya dengan cara gotong royong.
Untuk pengelolaan SDA di desa ini belum ada larangan
dari pemerintah untuk membuka lahan dimana saja, karena mereka masih menggunakan
system ladang berpindah. Alasan mereka masih menggunakan sistem ladang
berpindah-pindah ini karena sangat
berpengaruh pada kesuburan tanahnya. Mereka juga diwajibkan menanam kemiri
karena tersebut tidak perlu dirawat dan juga berfungsi sebagai pembatas tanah.
Bibit tanaman seperti kemiri kebanyakan adalah sumbangan dari pemerintah. Cara
bercocok tanam di desa ini disesuaikan dengan musim.
SOSIAL, BUDAYA, EKONOMI, PENDIDIKAN, KESEHATAN, KEORGANISASIAN
DAN SUMBER DAYA ALAM DESA KALORA
SEJARAH SINGKAT DESA KALORA
Sebelum kalora, desa
ini dikenal dengan sebutan palindo. Palindo atau yang masyarakat katakan
pompalindo lana toraja ( menyenangkan hati raja ) menjadi tempat tinggal
pertama masyarakat kalora sekarang, palindo terletak di pegunungan kamalise
yang sekarang di kenal dengan nama pegunungan gawalise, nama tersebut berubah
karena bangsa belanda yang masuk di daerah ini yang merubahnya. Nama palindo
kemudian berganti menjdi desa kalora, ketika masyarakat memilih untuk turun
kedaerah kaki gunung, sejak itulah nama kalora mereka jadikan nama tempat
tinggal mereka, namun sampai saat inipun nama palindo tetap ada, nama tersebut
masih di pakai di kampung awal mereka tinggal (kampung tua di atas gunung). Ada
satu kepercayaan besar yang diyakini masyarakat kalora, yaitu semua manusia
asalnya dari wulujadi ( awal manusia jadi ), tempat wulujadi adalah di
pegunungan kamalise. Menurt kepercayaan masyarakat sekitar, bahwa asal dari
semua suku yang ada di seluh pelosok adalah dari Wulujadi. Pemimpin wulujadilah
yang memerintahkan masing-masing orang untuk pergi kedaerah-daerah yang ada
diseluruh Indonesia. Semua suku yang ada, baik di jawa, Sulawesi, Kalimantan,
papua, dll semuanya berasal dari wulujadi.
SOSIAL
Masyarakat desa kalora
merupakan masyarakat asli suku Da’a. masyarakat yang masih tergolong masyarakat
pinggiran kota, letak desa yang berada di kaki gunung gawalise dan kebiasaan
hidup masyarakat kalora yang menjadikan mereka agak berbeda dengan masyarakat
pada umumnya. Masyarakat sekitar tergolong
kelompok yang masih memengang rasa solidaritas yang tinggi, saling membantu dan
gotong royong itulah kebiasaan mereka. Hidup dengan kesederhanaan dan hidup
bergantung pada sumberdaya alam, itu menjadi corak hidup mereka. Walaupun agak
berbeda dengan masyrakat lain, namun masyarakat sekitar sudah cukup kenal akan
perkembangan zaman. Mungkin karena jarak desa yang tidak terlalu jauh dari
pusat kota sehingga masyarakat sekitar tidak lagi menjadi masyarakat
primitive. Barang-barang elektronik
seperti Handphone, Televisi, Radio,dll, sudah tidak asing lagi buat mereka dan
sebagian besar masyarakat sudah menggunakannya.
BUDAYA (Adat
istiadat)
Masyarakat Da’a yang
ada di desa kalora adalah masyarakat yang masih menjaga budaya yang menjadi
warisan nenek moyang mereka. Ada beberapa budaya yang masih mereka percayai
sampai sekarang, diantaranya :
·
Adat
balia atau yang orang Da’a kenal dengan sebutan Nangisa, adalah adat untuk
pengobat secara tradisional
·
Kawin
adat, adalah pesta perkawinan yang dirangkaikan dengan adat yang sudah turun
temurun mereka laksanakan, adatnya berupa pemberian barang-barang dari pihak
pria kepihak prempuan yang sudah disyaratkan sebelum pesta perkawinan.
Barang-bang tersebut berupa : 5 ekor kambing dan 50 buah piring, jika persyaratan
tersebut tidak di penuhi maka akibatnya akan dirasakan keturunan mereka,
maksudnya jika kambing atau piring yang mereka serahkan tidak sesuai syarat (
kambing boleh lebih dan batasnya 7 ekor tapi jika kurang tidk diperbolehkan ),
jika hal tersebut terjadi maka keturunan ( anak) mereka nanti akan
sakit-sakitan dan bisa sembuh jika di obat secara adat ( balia ), sakit yang
akan di derita anak biasanya gatal-gatal yang berketerusan dan anak yang
terlahirkan tersebut akan tuli.
·
Adat
adampae, upacara adat yang berlangsung ketika pesta panen padi ladang.
Upacaranya belangsung sejalan dengan panen raya. Sambil panen, upacarapun
berlangsung. Kegiatannya berupa makan bersama di bantaya ( rumah adat ). Sambil
bapak-bapaknya memanen, para ibu-ibu menyiapkan beberapa sajian makanan yang
selalu mereka sediakan saat panen, berupa ketupat dan memotong ayam atau
kambing, sebelum hidangan dicicipi, ada doa-doa
yang dibacakan oleh ketua adat, inti dari doa tersebut adalah mengucap
syukur dan memohon agar kedepannya hasil panen akan lebih baik lagi.
·
Givu
adalah denda adat yang ada di desa kalora, biasanya denda ini diberikan pada
laki-laki yang ketahuan berbuat senonoh. Pacaran di bolehkan di desa ini, akan
tetapi jika masih dalam batas kewajaran, jika tidak maka akan di givu. Dendanya
berupa, 1 ekor kambing dan 10 buah piring
yang dituntutkan buat pihak laki-laki. Jika hamil, laki-laki harus
bertanggung jawab dan harus menyerahkan 6 ekor kambing
EKONOMI
Hampir keseluruhan
masyarakat desa kalora menggantungkan hidup mereka pada sumber daya alam yang
ada di daerah sekitaran mereka tinggal. Lahan yang ada di desa kalora mereka
manfaatkan untuk sector pertanian. Sebagian besar masyarakat berprofesi sebagai
petani, bekerja menanam padi ladang, coklat, ubi-ubian, jagung, kelapa, dan
tanaman hultikultura lainnya. Hasil yang mereka peroleh dari pertanian kemudian
mereka dagangkan di pasar terdekat. Sebagian hasil ada yang mereka konsumsi
sendiri, sebagiannya lagi kadang mereka tukarkan dengan barang lain yang
dimiliki oleh tetangga ( system barter ). Selain itu ada beberapa kepala
keluarga yang memiliki pekerjaan sampingan, ada yang bekerja menjadi buruh
bangunan, buruh batu picah, pengangkut pasir,sopir ( trek, angkot ) dan tukang
becak.
KESEHATAN
Keluhan penyakit yang sering dialami oleh
masyarakat salena adalah sakit uluh hati, menurut responden yang kami temukan
kemungkinan besar sakit tersebut akibat keseringan mengangkat barang-barang
berat. Penyakit lain yang biasanya juga menjadi keluhan adalah sakit kepala,
demam, berak-berak, dll. Untuk cara pengobatan, masyarakat sekitar sudah lebih
banyak menggunakan pengobatan medis, masyarakat berobatnya ke puskesdes yang
ada di desa kalora. Pengobatan secara tradisional juga kadang mereka tempuh,
namun pengobatan ypenyakitnya tak bisa lagi di disembuhkan secara medis.
KEORGANISASIAN
Untuk organisasi resmi
di desa ini belum terbentuk, yang ada hanya perkumpulan pemuda dan risma
mesjid, kelompok perempuan juga ada, namun hanya bentuk kelompok pengajian.
Untuk LSM yang masuk didaerah ini, dari
data yang kami dapatkan dari beberapa responden mengatakan bahwa LSM ada yang
pernah masuk namun tidak tahu pasti apa nama LSM tersebut.
SUMBER DAYA ALAM
Untuk
sumber daya alam yang mendominasi di desa kalora adalah tanaman yang mereka
jadikan sebagai sumber penghasilan mereka, seperti : jagung, ubi-ubian,
caoklat, kelapa, padi ladang dan tanaman hultikultura.
Menyusul dokumentasinya....
SALAM LESTARI
Mudah2an kebiasaan/adat itu taq luntur seiring dengan kemajemukan idiologi,wek wek wek.....
BalasHapus