Minggu, 29 Juli 2012

GO TO ORANGE

EXPLORASI SUKU DA'A SALENA GAWALISE
MAPALA SANTIGI
 
 SOSIAL, BUDAYA, EKONOMI, PENDIDIKAN, KESEHATAN, KEORGANISASIAN DAN SUMBER DAYA ALAM DI DUSUN SALENA

      SEJARAH SINGKAT DESA SALENA
                        Sebelum salena, nama Desa Salena adalah Kulalo, pada Tahun 1990 jumlah penduduk yang menetap di Desa Salena yaitu hanya lima kepala keluarga. Lima kepala keluarga tersebut adalah penduduk pertama yang tinggal di desa tersebut, sebelum di tempat yang sekarang, Desa Salena terletak di Gunung Bolonggima.

3                    SOSIAL
Adapun kehidupan sosial di Desa Salena yaitu :
  • Salah satu kearifan lokal yang ada di Desa Salena yaitu membuat rumah panggung , merupakan suatu kebiasaan di Desa Salena ini, adapun kegunaan dari rumah panggung yaitu untuk tempat memelihari  ternak seperti ayam di bawah kolong rumah panggung tersebut, selain itu rumah panggung juga berfungsi untuk membuang ludah pada saat melakukan nempongo.
  • Dalam hal pembangunan, masyarakat di desa ini bergotong royong melakukannya, karena kekerabatan di desa ini masih sangat erat.
BUDAYA (ADAT ISTIADAT)
Masyarakat di Desa Salena masih sangat menjunjung tinggi adat istiadat. Adapun adat istiadat yang masih sangat berlaku adalah :
  • Adat Balia yaitu upacara adat yang dilakukan untuk menyembuhkan orang sakit.
  • Adat Keso yaitu upacara adat untuk anak perempuan , apabila ada anak gadis yang sudah berumur dewasa  dan belum di keso, maka anak gadis tersebut belum bias menikah, begitu juga sebaliknya apabila ada anak gadis yang sudah di keso tetapi umurnya masih sangat muda, maka sudah layak untuk menikah. Adapun arti dari “keso” adalah “dipingit” atau tidak boleh keluar rumah selama tiga hari.
  • Adat Potamba yaitu upacara adat yang dilakukan untuk meminta hujan.
  • Adat Papitu yaitu upacara adat yang dilakukan untuk mendoakan bayi yang ada dalam kandungan yang berumur tujuh bulan.
  • Adat Boti yaitu upacara adat untuk pernikahan.
  • Adat Mompaliu yaitu upacara adat yang dilakukan setelah masa akhir panen, mompaliu artinya sudah diperbolehkan, maksudnya adalah sebelum masa akhir panen berarti masyarakat tidak diperbolehkan untuk memakan makanan yang dilarang oleh kepercayaan mereka yang disampaikan oleh ketua adat atau orang tua yang mereka percayai untuk memimpin tradisi adat istiadat, apabila ada masyarakat yang melanggar adat tersebut maka orang tersebut akan sakit, maka dari itu setelah masa akhir panen tiba dan setelah diadakan adat mompaliu baru diperbolehkan masyarakat memakan makanan-makanan yang dilarang tersebut.
  •  Adat Vunja yaitu upacara adat yang dilakukan untuk meminta supaya mendapatkan hasil panen yang melimpah.
  • Adat Pompadu Kayu yaitu upacara adat yang dilakukan setelah membuka lahan pertanian yang baru.
Hukum adat di desa ini masih sangat berlaku, jika ada masyarakat yang melanggar maka akan dikenai denda. Apabila ada yang melanggar semua pantangan-pantangan yang diyakini, maka akan mendapat sakit. Berikut ini adalah beberapa aturan adat yang berlaku di Desa Salena:
·         Apabila ada  laki-laki dan perempuan yang belum menikah dipergoki sedang berduaan di tempat yang tidak wajar dan di atas pukul  00.00, maka akan dikenai denda.
·         Masyarakat di Desa Salena masih sangat menjaga adat istiadat dan  kelestarian pada alam karena mereka sangat meyakini roh-roh suci leluhur mereka ada, dan tinggal di hutan atau pegunungan yang dekat dengan desa tersebut.
Selain hal-hal tersebut di atas, ada beberapa kebiasaan yang sering dilakukan, yaitu budaya “nompongo”, nompongo yang artinya “makan pinang” kebiasaan ini kebanyakan dilakukan hamper semua perempuan-perempuan, baik ibu-ibu ataupun gadis-gadis di desa ini, adapun kegunaan dari nompongo yaitu untuk memperkuat gigi, membuat mulut tidak berbau dan sebagai pengganti rokok. Apabila ada pembuatan upacara-upacara adat mereka diwajibkan untuk nompongo. Selain nompongo, ada satu kebiasaan yang masih sangat diterapkan yaitu kebiasaan tidak memakai sandal atau alas kaki, kebiasaan ini diyakini agar kurang mendatangkan penyakit, karena kaki mereka selalu terefleksi.

3           EKONOMI
Terkait dengan perekonomian di Desa Salena, mata pencaharian yang lebih dominan  yaitu petani, ojek, dan buruh bangunan. Sistem pertanian di desa ini yaitu sistem lading berpindah-pindah dan diolah selama 1 tahun, kemudian berpindah di tempat lain, dan begitu seterusnya. Adapun tanaman yang menjadi hasil pertanian yaitu jagung, singkong atau ubi, cabai, kemiri dll. Adapun hasil panen tersebut didistribusikan di pasar, akan tetapi kebanyakan ada pembeli yang dating langsung membeli di desa ini. Dan juga sistem barter di desa ini masih ada tetapi sudah jarang, hal ini disebabkan oleh karena masuknya kehidupan modern, dan kebanyakan masyarakat di desa ini sudah memilki motor sehingga akses untuk menjual hasil panen di pasar sangat mudah.  

3        PENDIDIKAN
Pendidikan di Desa Salena bagi kebanyakan masyarakat dianggap tidak terlalu penting, karena menurut mereka sudah pandai menghitung, membaca dan menulis pun sudah cukup. Untuk laki-laki, jenjang pendidikan tertinggi yaitu lulusan SMP, dan untuk perempuan jenjang pendidikan tertinggi yaitu lulusan SD. Kebanyakan para orang tua di desa ini lebih memilih anak-anak mereka yang sudah tamat Sekolah Dasar bersekolah di MTS. ALKHAIRAAT BULURI daripada bersekolah di SMP Negeri yang lain, hal ini disebabkan karena di sekolah ini mereka diberi kebijakan oleh pihak sekolah, kebijakan yang diberikan yaitu khusus siswa-siswi yang Desa Salena yang bersekolah di sekolah tersebut karena mengingat tempat tinggal mereka sangat jauh dari sekolah maka hari jumat dan sabtu mereka diliburkan. Adapun fasilitas pendidikan di desa ini yaitu SDN INPRES KECIL SALENA.

3       KESEHATAN
Apabila ada masyarakat Desa Salena yang menderita penyakit, cara pengobatannya yaitu awalnya dengan cara tradisional, akan tetapi dengan cara tersebut belum sembuh juga maka mereka membawanya ke POSKESDES di desa tersebut, apabila tidak bisa sembuh juga maka alternatif terakhir yaitu pengobatan secara adat, yang dimaksudkan adalah membuat adat Balia. Semua warga Desa Salena jika ingin berobat ke POSKESDES mereka difasilitasi JAMKESMAS oleh pemerintah setempat. Dengan adanya JAMKESMAS tersebut maka semua biaya pengobatan gratis. Di desa ini juga mempunyai program POSYANDU untuk para ibu-ibu yang memiliki bayi. Adapun POSYANDU tersebut diadakan 1 kali dalam sebulan di minggu ke empat setiap hari selasa.  

3          KEORGANISASIAN
Ada beberapa organisasi-organisasi di desa ini, yaitu Organisasi Pemuda Salena, Bankamdes dan organisasi adat. Di ruang lingkup kepemerintahan secara struktural, Kelurahan adalah lembaga tertinggi di desa ini akan tetapi karena masyarakat di desa ini masih sangat menjunjung tinggi adat istiadat maka menurut mereka lembaga tertinggi yaitu dewan adat, jika ada suatu masalah yang terjadi di desa ini awalnya di selesaikan di ruang lingkup RT, apabila ketua RT tidak dapat menyelesaikannya maka yang turun tangan adalah ketua RW, apabila ketua RW tidak bisa menyelesaikannya juga, maka yang turun tangan yaitu Ketua Adat, dan apabila Ketua Adat tidak bias juga menyelesaikannya barulah dilaporkan di kelurahan. Akan tetapi menurut informasi yang ada, sampai sekarang belum ada masalah yang terjadi di desa ini yang tidak bisa diselesaikan oleh Ketua Adat.
Selain itu, di desa ini ada beberapa Lembaga Pemberdayaan Masyarakat yang pernah masuk di desa ini, diantaranya yaitu LSM Wahana Visi Indonesia dan Yayasan Pendidikan Rakyat. LSM yang masuk di desa ini menurut mereka sangat membantu, contohnya seperti pengaspalan di desa ini yaitu merupakan program kerja dari LSM Yayasan Pendidikan Rakyat, akan tetapi LSM-LSM tersebut sudah jarang membuat program kerja di desa mereka karena mempunyai kendala di pendanaan.
Jika kita datang bertamu di desa ini ada beberapa prosedur yang harus kita lalui, yaitu pertama-tama kita harus melapor dahulu di kelurahan kemudian melapor kepada Ketua Adat, BANKAMDES, RW kemudian RT. Apabila kita tidak mengikuti prosedur tersebut  maka kita akan diberi peringatan.

3      SUMBER DAYA ALAM
Adapun Sumber Daya Alam yang mendominasi di desa ini yaitu singkong, jagung, kemiri, cengkeh, padi ladang dan lain-lain. Pengelolaan yaitu untuk dijual agar menghasilkan uang, selain itu mereka juga menggunakannya sebagai makanan pokok selain beras seperti singkong dan  jagng misalnya. Mereka juga mengelola Sumber Daya Alam lainnya seperti kayu bakar untuk digunakan memasak, karena mayoritas masyarakat Salena masih menggunakan cara tradisional untuk memasak. Pengelolaan SDA di Salena masih sangat tradisional ,contohnya dalam hal bertani mereka menggunakan alat canggih seperti traktor untuk membajak lahan pertanian, mereka mengerjakannya dengan cara gotong royong.
Untuk pengelolaan SDA di desa ini belum ada larangan dari pemerintah untuk membuka lahan dimana saja, karena mereka masih menggunakan system ladang berpindah. Alasan mereka masih menggunakan sistem ladang berpindah-pindah ini karena  sangat berpengaruh pada kesuburan tanahnya. Mereka juga diwajibkan menanam kemiri karena tersebut tidak perlu dirawat dan juga berfungsi sebagai pembatas tanah. Bibit tanaman seperti kemiri kebanyakan adalah sumbangan dari pemerintah. Cara bercocok tanam di desa ini disesuaikan dengan musim.


SOSIAL, BUDAYA, EKONOMI, PENDIDIKAN, KESEHATAN, KEORGANISASIAN DAN SUMBER DAYA ALAM DESA KALORA
     SEJARAH SINGKAT DESA KALORA
Sebelum kalora, desa ini dikenal dengan sebutan palindo. Palindo atau yang masyarakat katakan pompalindo lana toraja ( menyenangkan hati raja ) menjadi tempat tinggal pertama masyarakat kalora sekarang, palindo terletak di pegunungan kamalise yang sekarang di kenal dengan nama pegunungan gawalise, nama tersebut berubah karena bangsa belanda yang masuk di daerah ini yang merubahnya. Nama palindo kemudian berganti menjdi desa kalora, ketika masyarakat memilih untuk turun kedaerah kaki gunung, sejak itulah nama kalora mereka jadikan nama tempat tinggal mereka, namun sampai saat inipun nama palindo tetap ada, nama tersebut masih di pakai di kampung awal mereka tinggal (kampung tua di atas gunung). Ada satu kepercayaan besar yang diyakini masyarakat kalora, yaitu semua manusia asalnya dari wulujadi ( awal manusia jadi ), tempat wulujadi adalah di pegunungan kamalise. Menurt kepercayaan masyarakat sekitar, bahwa asal dari semua suku yang ada di seluh pelosok adalah dari Wulujadi. Pemimpin wulujadilah yang memerintahkan masing-masing orang untuk pergi kedaerah-daerah yang ada diseluruh Indonesia. Semua suku yang ada, baik di jawa, Sulawesi, Kalimantan, papua, dll semuanya berasal dari wulujadi.
      SOSIAL
Masyarakat desa kalora merupakan masyarakat asli suku Da’a. masyarakat yang masih tergolong masyarakat pinggiran kota, letak desa yang berada di kaki gunung gawalise dan kebiasaan hidup masyarakat kalora yang menjadikan mereka agak berbeda dengan masyarakat pada umumnya.  Masyarakat sekitar tergolong kelompok yang masih memengang rasa solidaritas yang tinggi, saling membantu dan gotong royong itulah kebiasaan mereka. Hidup dengan kesederhanaan dan hidup bergantung pada sumberdaya alam, itu menjadi corak hidup mereka. Walaupun agak berbeda dengan masyrakat lain, namun masyarakat sekitar sudah cukup kenal akan perkembangan zaman. Mungkin karena jarak desa yang tidak terlalu jauh dari pusat kota sehingga masyarakat sekitar tidak lagi menjadi masyarakat primitive.  Barang-barang elektronik seperti Handphone, Televisi, Radio,dll, sudah tidak asing lagi buat mereka dan sebagian besar masyarakat sudah menggunakannya.
BUDAYA (Adat istiadat)
Masyarakat Da’a yang ada di desa kalora adalah masyarakat yang masih menjaga budaya yang menjadi warisan nenek moyang mereka. Ada beberapa budaya yang masih mereka percayai sampai sekarang, diantaranya :
·         Adat balia atau yang orang Da’a kenal dengan sebutan Nangisa, adalah adat untuk pengobat secara tradisional
·         Kawin adat, adalah pesta perkawinan yang dirangkaikan dengan adat yang sudah turun temurun mereka laksanakan, adatnya berupa pemberian barang-barang dari pihak pria kepihak prempuan yang sudah disyaratkan sebelum pesta perkawinan. Barang-bang tersebut berupa : 5 ekor kambing dan 50 buah piring, jika persyaratan tersebut tidak di penuhi maka akibatnya akan dirasakan keturunan mereka, maksudnya jika kambing atau piring yang mereka serahkan tidak sesuai syarat ( kambing boleh lebih dan batasnya 7 ekor tapi jika kurang tidk diperbolehkan ), jika hal tersebut terjadi maka keturunan ( anak) mereka nanti akan sakit-sakitan dan bisa sembuh jika di obat secara adat ( balia ), sakit yang akan di derita anak biasanya gatal-gatal yang berketerusan dan anak yang terlahirkan tersebut akan tuli.
·         Adat adampae, upacara adat yang berlangsung ketika pesta panen padi ladang. Upacaranya belangsung sejalan dengan panen raya. Sambil panen, upacarapun berlangsung. Kegiatannya berupa makan bersama di bantaya ( rumah adat ). Sambil bapak-bapaknya memanen, para ibu-ibu menyiapkan beberapa sajian makanan yang selalu mereka sediakan saat panen, berupa ketupat dan memotong ayam atau kambing, sebelum hidangan dicicipi, ada doa-doa  yang dibacakan oleh ketua adat, inti dari doa tersebut adalah mengucap syukur dan memohon agar kedepannya hasil panen akan lebih baik lagi.
·         Givu adalah denda adat yang ada di desa kalora, biasanya denda ini diberikan pada laki-laki yang ketahuan berbuat senonoh. Pacaran di bolehkan di desa ini, akan tetapi jika masih dalam batas kewajaran, jika tidak maka akan di givu. Dendanya berupa, 1 ekor kambing dan 10 buah piring  yang dituntutkan buat pihak laki-laki. Jika hamil, laki-laki harus bertanggung jawab dan harus menyerahkan 6 ekor kambing
         EKONOMI
Hampir keseluruhan masyarakat desa kalora menggantungkan hidup mereka pada sumber daya alam yang ada di daerah sekitaran mereka tinggal. Lahan yang ada di desa kalora mereka manfaatkan untuk sector pertanian. Sebagian besar masyarakat berprofesi sebagai petani, bekerja menanam padi ladang, coklat, ubi-ubian, jagung, kelapa, dan tanaman hultikultura lainnya. Hasil yang mereka peroleh dari pertanian kemudian mereka dagangkan di pasar terdekat. Sebagian hasil ada yang mereka konsumsi sendiri, sebagiannya lagi kadang mereka tukarkan dengan barang lain yang dimiliki oleh tetangga ( system barter ). Selain itu ada beberapa kepala keluarga yang memiliki pekerjaan sampingan, ada yang bekerja menjadi buruh bangunan, buruh batu picah, pengangkut pasir,sopir ( trek, angkot ) dan tukang becak.
     KESEHATAN
Keluhan penyakit yang sering dialami oleh masyarakat salena adalah sakit uluh hati, menurut responden yang kami temukan kemungkinan besar sakit tersebut akibat keseringan mengangkat barang-barang berat. Penyakit lain yang biasanya juga menjadi keluhan adalah sakit kepala, demam, berak-berak, dll. Untuk cara pengobatan, masyarakat sekitar sudah lebih banyak menggunakan pengobatan medis, masyarakat berobatnya ke puskesdes yang ada di desa kalora. Pengobatan secara tradisional juga kadang mereka tempuh, namun pengobatan ypenyakitnya tak bisa lagi di disembuhkan secara medis.
    KEORGANISASIAN
Untuk organisasi resmi di desa ini belum terbentuk, yang ada hanya perkumpulan pemuda dan risma mesjid, kelompok perempuan juga ada, namun hanya bentuk kelompok pengajian. Untuk  LSM yang masuk didaerah ini, dari data yang kami dapatkan dari beberapa responden mengatakan bahwa LSM ada yang pernah masuk namun tidak tahu pasti apa nama LSM tersebut.
  SUMBER DAYA ALAM
Untuk sumber daya alam yang mendominasi di desa kalora adalah tanaman yang mereka jadikan sebagai sumber penghasilan mereka, seperti : jagung, ubi-ubian, caoklat, kelapa, padi ladang dan tanaman hultikultura.

 Menyusul dokumentasinya....

SALAM LESTARI



1 komentar:

  1. Mudah2an kebiasaan/adat itu taq luntur seiring dengan kemajemukan idiologi,wek wek wek.....

    BalasHapus