Sabtu, 08 Maret 2014

Cerminan Rindu

CERMINAN RINDU

Bersandar Dalam Hayalan Tentang Kewajaran,
Menjadi Kerabat Angin Yang Berhembus Menjauh Dari Matahari.
Aku Duduk Dengan Genggaman Kobaran-Kobaran Mimpi
Menatap AWAN Yang Kerutannya Tak Jelas,
Seakan Mengikuti Sejak Awal PerjalananKU.

PandanganKu Tak Lepas Menikmati Setiap Tariannya,
Separuh Matahari Tertutup OlehNya,
Bergerak Dengan Tingkah Unik Mengikuti Angin
Membentuk Ukiran Wajah yang MenatapKU dan Tersenyum,
Sama Seperti Senyuman Yang Selalu Kau Berikan PadaKU.

Bersama Waktu Setelah Hujan.
Senja Dalam Himpitan Gunung, Ia Nampak Dengan Perhiasan,
Memanjakan Bola MataKU Dengan Keindahan Selendang Pelanginya.
Terbayang Engkau Dengan Gaun Menawan Dan Rambut PanjangMu Terurai,
Dari Kejauhan Aku Akan Tahu Kegelisahan BersamaMU.

Tetes-Tetes Air Yang Tersisah Dari Dedaunan Mengakhiri.
Cerita Matahati, Hujan, Angin, dan Pelangi Telah Melukis Keindahannya,
Aku Menunggu Bulan dan Bintang Membagi Keindahan Lain UntukNya
Saat Itu Tiba, Engkau DisampingKu Berhayal MengagumiNya...


                Dikner Alipa





Lintang Yang Sombong

        LINTANG YANG SOMBONG

Takjub Semesta Disela-Sela Tawa Para Pengembara.
Apakah Aku Tak Salah...?
Aku Tak Melihat Wajah Senyum Ataupun SedihMu Lintang,
Aku Hanya Melihat Engkau Adalah Bagian DariNYA
Yang Berdiri Kokoh dan Begitu Angkuh,
Saat SulitKu Jika BersamaMU...

Aku dan Banyak Lainnya Yang MengenalMu Tahu,
Ini Bukan Soal Apa Yang Akan Diperoleh,
Namun Keingin Tahuan Tentang Arti Dari Perjalanan
Yang Katanya Bersisahkan Jejak Dalam Permainan Waktu,
Dan Menyelip Kenangan AkanMu.

Enam Bahkan Dua Belas Mentari Akan Hadir
Menemana Lamgkah Demi Langkah.
Engkau Memurkakan Keajaiban,
Teman Akan Menjadi Saudara,
Kesukaan Berubah Menjadi Kecintaan,
Bahkan Setiap Langkah Akan Menjadi Cerita.

Aku Tak Sadar...
Engkaukah Ini Lintang?
Engkau Terlihat Seperti Telanjang Dikeramaian Kota,
Engkau Menjelaskan Akan KesombanganMu Adalah Jalan.
BODOH...!

                                                Dikner Alipa