Explorasi Gua
Desa Lena, Kec.Pamona Utara, Kab.Poso
“MAMPESIDOEKI TANA ADA RILIPU LENA SAMPUYU RADUA WAYAU"
Mengunjungi Tanah Adat Kampung Lena Dua Belas Lubang, inilah pengertian dari tema yang menjadi landasan pikir team explorasi kali ini.
Awalnya desa lena merupakan salah satu dusun dari desa Sangira, sejak tahun 2006 desa lena sudah resmi menjadi salah satu Desa di wilayah administrasi kec. Pamona Utara Kab. Poso, yang penduduknya berasal dari berbagai Pulau luar Sulawesi. Selain itu juga banyak penduduk sekitaran Kab. Poso yang menjadi korban konflik. Bisa dibilang desa ini adalah desa transmigrasi atau, desa pengungsian.
Menurut Bapak Kepala Desa, Nama LENA diambil dari nama wilayah atau Nama tanah pemukiman Orang Tua dulu (Lipu nTau Tu’a). Dimana diartikan, menurut Orang Tua, disaat musim kemarau di wilayah itu terdapat satu mata air kecil yang tergenang (Ue Molena-Lena) itulah asal mulanya desa ini diberi Nama. Menurut Bapak kades, Gua disana adalah tempat persembunyian orang tua dulu saat peperangan di zaman pemberontakan melawan Belanda.
Di Desa ini terdapat dua belas mulut Gua yang terbagi dari beberapa lorong Gua dan tempat/lokasi yang berbedah. Pada kesempatan yang singkat dengan bermodalkan rekomendasi Rektor Untad untuk masuk di desa ini, team explorasi berhasil menelusuri dua macam jenis Gua yang berbedah, dengan alat-alat oprasional lembaga yang seadanya menggunakan tehknik penelusuran Gread 2B “menurut orang-orang yang paham”
Yang pertama,
Gua Tampanyangke memiliki satu lubang/pintu horizontal dan dua lubang/pintu vertical yang masing-masing saling terhubung. Gua ini memiliki beberapa Ornamen, diantaranya Stalaktit, Stalakmit, Horden, Pilar, dan ada beberapa lagi ornament yang kami tidak tahu namanya karena ilmu Speologi kami kurang, Biota lainnya adalah fauna berupa Kelelawar dan jangkrik. Gua ini merupakan Gua hidup karena di dalamnya dialiri air yang muncul dari atap/langit-langit Gua. Menurut cerita masyarakat setempat, tempat ini merupakan tempat orang tua dulu bersembunyi, menangkap, menyandrah dan menyiksa musuh hingga akhirya dibunuh dan dibuang kelubang yang lain. Inilah arti dari nama Gua tersebut.
Yang kedua
Gua Dungkalari, menurut masyarakat setempat Gua itu dijadikan sebagai perangkap untuk parah musuh hingga jatuh kedalam lubang yang tingginya lebih dari 15 meter verikal. Jika mendengar cerita masyarakat, jenis Gua ini termasuk Gua Fosil sebagai pembuangan mayat, namun fakta lapangan dalam penelusuran kami tidak ada bukti yang menunjukan bahwa Gua ini adalah Gua Fosil. Menurut pengamatan kami disekitar mulut Gua sudah pernah terjadi longsor yang menutup sebagian lubang dan fosil peninggalan Sejarah itu. Akibat bencana alam itu salah satunya adalah mengurangi ketinggian Gua tersebut. Didalam Gua ini terdapat Biota (ornament) selayaknya Gua hidup, dan Fauna seperti kelelewar yang masih menjadi buruan dan santapan warga setempat. Namun dalam penelusuran, kami tidak mendapat jalan tembus atau lubang lain. disekitar Gua, ini adalah salah satu akibat dari longsor yang pernah terjadi di tempat itu.
Dalam explorasi ini, kami menggunakan alat-alat oprasional lembaga yang sedanya, diantaranya :
Karmantel, Karbiner, Figure eigth, Sling, Jamer, Shit hurnes, Webing, Grigri, Kompas, Meteran, Klinometer, Altimeter, dan beberapa perlengkapan yang menjadi pendukung dalam perjalanan kami.
Sekilas Deskripsi Explorasi kami, Masih banyak lubang Gua yang tidak bisa kami telusuri karena keterbatasan waktu, katerbatasan Alat, dan Dana. Gua didesa lena ini bisa di gunakan sebagai tempat penelitian bagi setiap unsur lembaga yang terkait dan sebagai tempat belajar para penggiat alam. Semoga tempat ini bisa tetap lestari seiring masyarakat setempat dan kita semua sadar akan hal itu. Dan cepat atau lambat kami dari Mapala Santigi akan berkunjung lagi ke tempat itu dengan waktu, peralatan dan dana yang menunjang kegiatan Kami. Sekian
SALAM LESTARI
Bravo santigi,,,,
BalasHapuskalu bisa ada tindak lajunya kawan,,,
kami akan kembali dengan gaya dan persiapan yang lebih Gila dan matang
HapusSipp,,,!!!
Hapus